Sering sekali. Hati manusia terbias, seperti cakrawala memantulkan bayangan matahari. Terpaku pada harta, kesibukan, sampai kemewahan. Bagaikan tercekik rantai yang menyihir pada kecintaan dunia ini. Wahn, cinta dunia dan takut akan mati. Ikhtiar semu di jalan orientasi tanpa visi. Itulah aktivis dunia. Kedaruratan iman yang harus selalu dihindari. Kembali, Allah memberiku secercah motivasi, untuk lebih mengikat keimanan di dalam hati, yang akan kukisahkan sedikit disini.
Pagi itu, aku ber Car Free Day. Tak ada yang spesial. Stand – stand jualan, promosi sampai cek kesehatan berbaris rapi sepanjang jalan.
Sebenarnya, ada satu hal yang sangat aku ingat di CFD. Bahwa ada sebuah stand Tilawah Al-Quran. Dimana di stand itu, setiap CFD akan diperdengarkan tilawah Al – Quran oleh penghafal Al-Quran anak – anak. (sekitar kelas 6 SD kebawah). Sekitar 3 bulan lalu, kunikmati bocah perempuan melantunkan surat An-Nisa. Sekitar 1 bulan lalu, kudengar bocah laki – laki melantunkan surat An-Nahl. MasyaAllah.
Singkat cerita, aku mencari stand tersebut. Posisinya selalu sama setiap CFD, sangat mudah untuk ditemukan. Namun, kali ini kujumpai fenomena yang tak biasa. Terdengar lantuntan yang begitu indah, beberapa ayat terakhir surat Al-Ahzab. Perlu beberapa detik beserta tengokan untuk menemukan si pembaca. Saat kutemukan sumber suara, kulihat seorang bocah SD (mungkin 7 tahun), digendong oleh ibunya yang berdiri tepat di sebelah gerobak sampah. Plester selebar kira - kira 4cm menutupi kedua mata bocah tersebut. Aku iseng menanyakan kenapa mata itu diperban kepada sang ibu. Beliau menjawab “Anak saya buta dik, tapi anak saya semangat sekali dalam menghafal Al-Quran, pakai Alquran braille itu loh. Biasanya ketika saya keluar untuk memungut sampah, ia senantiasa menghafal. Sekarang ia sudah hafal 17 juz”.
Degh. Allah maha besar. Apa harus kukata? Berhadapan dengan duo ibu dan bocah luar biasa?
Masih adakah alasan untuk tidak membaca Al-Quran? Masih ada alasan untuk tidak taat? Disini ada seorang bocah membuktikan. Bahwa kondisi yang beliau alami tidak menyurutkan semangat beliau untuk selalu mendekatkan hatinya pada Allah. Beliau sadar, bahwa tujuan akhir dari persinggahan dunia adalah di akhirat nanti.
Sadarlah aktivis dunia!
Katanya aktivis, tapi kerap mengakhirkan shalat.
Katanya aktivis, namun untuk ngaji saja terasa luar biasa berat.
Katanya aktivis, nyatanya, shalat jamaah sering sekali terlambat.
Katanya aktivis, ingin bermanfaat untuk masyarakat. Padahal kepada Allah saja tak taat.
Katanya aktivis, jadwal rapatnya luar biasa padat. Tapi tak pernah memikirkan umat.
Memang sejatinya, orientasi mana yang seharusnya digenggam erat? Visi dunia apa akhirat?
Sangat mulia jika dunia ini kita jadikan khazanah untuk merangkai kebermanfaatan. Namun jangan lenyapkan prinsip bahwa akhirat adalah puzzle final yang harus kita utamakan.
“Perubahan selalu diinisiasi oleh sebuah niat. Maka, jangan sampai niat itu hanya menjadi angan – angan yang cuma bisa disemogakan. Jadikanlah niat itu sebagai sebuah harapan yang dapat diusahakan untuk diwujudkan!”
Yuk berjuang!
Langkah Inspirasi,@narenstar.
Pagi itu, aku ber Car Free Day. Tak ada yang spesial. Stand – stand jualan, promosi sampai cek kesehatan berbaris rapi sepanjang jalan.
Sebenarnya, ada satu hal yang sangat aku ingat di CFD. Bahwa ada sebuah stand Tilawah Al-Quran. Dimana di stand itu, setiap CFD akan diperdengarkan tilawah Al – Quran oleh penghafal Al-Quran anak – anak. (sekitar kelas 6 SD kebawah). Sekitar 3 bulan lalu, kunikmati bocah perempuan melantunkan surat An-Nisa. Sekitar 1 bulan lalu, kudengar bocah laki – laki melantunkan surat An-Nahl. MasyaAllah.
Singkat cerita, aku mencari stand tersebut. Posisinya selalu sama setiap CFD, sangat mudah untuk ditemukan. Namun, kali ini kujumpai fenomena yang tak biasa. Terdengar lantuntan yang begitu indah, beberapa ayat terakhir surat Al-Ahzab. Perlu beberapa detik beserta tengokan untuk menemukan si pembaca. Saat kutemukan sumber suara, kulihat seorang bocah SD (mungkin 7 tahun), digendong oleh ibunya yang berdiri tepat di sebelah gerobak sampah. Plester selebar kira - kira 4cm menutupi kedua mata bocah tersebut. Aku iseng menanyakan kenapa mata itu diperban kepada sang ibu. Beliau menjawab “Anak saya buta dik, tapi anak saya semangat sekali dalam menghafal Al-Quran, pakai Alquran braille itu loh. Biasanya ketika saya keluar untuk memungut sampah, ia senantiasa menghafal. Sekarang ia sudah hafal 17 juz”.
Degh. Allah maha besar. Apa harus kukata? Berhadapan dengan duo ibu dan bocah luar biasa?
Masih adakah alasan untuk tidak membaca Al-Quran? Masih ada alasan untuk tidak taat? Disini ada seorang bocah membuktikan. Bahwa kondisi yang beliau alami tidak menyurutkan semangat beliau untuk selalu mendekatkan hatinya pada Allah. Beliau sadar, bahwa tujuan akhir dari persinggahan dunia adalah di akhirat nanti.
Sadarlah aktivis dunia!
Katanya aktivis, tapi kerap mengakhirkan shalat.
Katanya aktivis, namun untuk ngaji saja terasa luar biasa berat.
Katanya aktivis, nyatanya, shalat jamaah sering sekali terlambat.
Katanya aktivis, ingin bermanfaat untuk masyarakat. Padahal kepada Allah saja tak taat.
Katanya aktivis, jadwal rapatnya luar biasa padat. Tapi tak pernah memikirkan umat.
Memang sejatinya, orientasi mana yang seharusnya digenggam erat? Visi dunia apa akhirat?
Sangat mulia jika dunia ini kita jadikan khazanah untuk merangkai kebermanfaatan. Namun jangan lenyapkan prinsip bahwa akhirat adalah puzzle final yang harus kita utamakan.
“Perubahan selalu diinisiasi oleh sebuah niat. Maka, jangan sampai niat itu hanya menjadi angan – angan yang cuma bisa disemogakan. Jadikanlah niat itu sebagai sebuah harapan yang dapat diusahakan untuk diwujudkan!”
Yuk berjuang!
Langkah Inspirasi,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar