"Mah ayo beli oleh-oleh buat keluarga di rumah." Kata seorang anak kepada ibunya dalam bahasa Inggris, pada suatu toko suvernir di Akihabara, Tokyo. Sudah biasa rasanya, budaya memberi oleh-oleh saat kita pergi ke suatu tempat. Memang tidak ada aturan tertulisnya, tapi seakan hal itu menjadi wajib seketika.
Kusaksikan anak itu memilah oleh-oleh yang ada di toko suvernir, seakan-akan ia harus memberi yang terbaik pada orang dirumahnya. Yah, aku merasakan hal yang sama. Ketika aku berpikir tidak sebentar untuk memilihkan barang untuk teman-teman dan keluargaku di Indonesia.
'Wajarlah beli oleh-oleh ketika kembali ke tempat asal, buat kenang-kenangan dan supaya yang diberi senang.' Batinku..
Mendadak aku terdiam. Ada sesuatu yang rasanya mirip.
Allah menciptakan kita, memberikan kesempatan untuk menjadikan dunia sebagai panggung menebar kebaikan. Lalu suatu saat nanti, ia akan memulangkan kita ke sisi nya. Ibaratnya, kita sedang berpergian ke suatu tempat bernama dunia, berselancar disana mendapat duka dan bahagia. Pada akhirnya, kita akan kembali pulang ke rumah kekal abadi kita. Akhirat: entah surga atau neraka.
Pertanyaanya, apakah oleh-oleh kita untuk-Nya sudah cukup? Jangankan cukup, sudahkah mempersiapkan sedikit oleh-oleh untuk Dia yang rahmatnya tiada redup? Pantaskah kita tidak memberi apa-apa kepada Dia yang sudah memberikan kesempatan kita 'tamasya' ke dunia? Apakah liburanmu di tempat fana itu tidak mempunyai fasilitas untuk memberi sedikit kenang-kenangan untuk penciptanya?
Manusia namanya, jika sangat mudah terbuai untuk menaklukan dunia. Seakan untuk urusan itu, pengorbanannya tidak ada habisnya. Namun untuk urusan akhirat, sangat susah untuk meluangkan seidkit waktu saja. Ironis sekali, kepada sesuatu yang memberikan kita kesemuan, kita memberi banyak. Sedangkan untuk sesuatu yang baik nan kekal, berpikir dulu untuk memberi yang layak.
Renungan itu aku akhiri dengan mencukupkan membeli sedikit suvernir malam itu. Sudah cukup berbelanja ini itu dari Tokyo, waktunya sedikit memberi bingkisan pada Dia yang seharusnya lebih banyak mendapat kado!
Akihabara, Tokyo.
28 Oktrober, 2017.
Langkah Inspirasi, @narenstar.
Kusaksikan anak itu memilah oleh-oleh yang ada di toko suvernir, seakan-akan ia harus memberi yang terbaik pada orang dirumahnya. Yah, aku merasakan hal yang sama. Ketika aku berpikir tidak sebentar untuk memilihkan barang untuk teman-teman dan keluargaku di Indonesia.
'Wajarlah beli oleh-oleh ketika kembali ke tempat asal, buat kenang-kenangan dan supaya yang diberi senang.' Batinku..
Mendadak aku terdiam. Ada sesuatu yang rasanya mirip.
Allah menciptakan kita, memberikan kesempatan untuk menjadikan dunia sebagai panggung menebar kebaikan. Lalu suatu saat nanti, ia akan memulangkan kita ke sisi nya. Ibaratnya, kita sedang berpergian ke suatu tempat bernama dunia, berselancar disana mendapat duka dan bahagia. Pada akhirnya, kita akan kembali pulang ke rumah kekal abadi kita. Akhirat: entah surga atau neraka.
Pertanyaanya, apakah oleh-oleh kita untuk-Nya sudah cukup? Jangankan cukup, sudahkah mempersiapkan sedikit oleh-oleh untuk Dia yang rahmatnya tiada redup? Pantaskah kita tidak memberi apa-apa kepada Dia yang sudah memberikan kesempatan kita 'tamasya' ke dunia? Apakah liburanmu di tempat fana itu tidak mempunyai fasilitas untuk memberi sedikit kenang-kenangan untuk penciptanya?
Manusia namanya, jika sangat mudah terbuai untuk menaklukan dunia. Seakan untuk urusan itu, pengorbanannya tidak ada habisnya. Namun untuk urusan akhirat, sangat susah untuk meluangkan seidkit waktu saja. Ironis sekali, kepada sesuatu yang memberikan kita kesemuan, kita memberi banyak. Sedangkan untuk sesuatu yang baik nan kekal, berpikir dulu untuk memberi yang layak.
Renungan itu aku akhiri dengan mencukupkan membeli sedikit suvernir malam itu. Sudah cukup berbelanja ini itu dari Tokyo, waktunya sedikit memberi bingkisan pada Dia yang seharusnya lebih banyak mendapat kado!
Akihabara, Tokyo.
28 Oktrober, 2017.
Langkah Inspirasi, @narenstar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar